Thursday, 19 February 2015

Menelusuri Hikmah Kehidupan

Dinda Sharing - “Hikmah Kehidupan” ini berasal dari hasil tafakkur, pengalaman, pembacaan, atau masukan-masukan yang aku peroleh dari diskusi, info media, dan lain-lain. Jadi referensi atau sumbernya bila saudaraku mau mencari sumber² ini tidak akan ketemu. Semoga bermanfaat ya.. Allohumma Aamiin.

01). Kehidupan memiliki makna berbeda bagi setiap manusia. Bagi seorang Muslim, kehidupan laksana perjalanan panjang untuk semakin memahami Kemurahan Robb-nya, Alloh Azza Wa Jalla.

[[ Catatan: Setiap kita telah diberi jatah usia dan rizki, untuk menjalani hidup ini. Alloh Ta’ala telah menunjukkan jalan yang lurus yang mesti kita lewati; sedangkan syaitan dan hawa nafsu justru menunjukkan jalur lain yang sesat dari jalan yang lurus. Bagi para penempuh jalan Alloh yang istiqomah sampai akhir hayatnya, semoga kita mendapatkan karunia ini -Aamiin ya Karim-, mereka bukan saja akan selamat. Tetapi di titik final itu dia akan jauh lebih memahami Sifat Kemurahan Robb-nya, lalu bersyukur kepada-Nya. Nah, itulah titik final yang kita harapkan. Allohumma Aamiin ]].

02). Kenikmatan seks bukanlah sensasi yang tergantung cara manusia dalam mendapatkannya. Tetapi ia adalah rizki yang besar-kecilnya, sepenuhnya ditentukan oleh Alloh Ar Razzaq.
[[ Catatan: Kaum hedonis bersikap liar dalam mengelola potensi kenikmatan seks yang ada di tangan mereka. Mereka berpikir, “Semakin liar cara kita, semakin excited rasanya. Oh oho, enaknya berliar-liar ria di dunia seks, menikmati sensasi sesuka hati, bebas, tanpa kendali apapun. Oooh, hooo, enaknya, serba bebas, puas.”  Begitulah jalan pikiran mereka. Tetapi yakinlah saudaraku, hakikat nikmat seks itu sepenuh ada di Tangan Alloh. Dia akan memberikan sensasi nikmat tertinggi kepada siapa yang paling baik caranya dalam mengambil nikmat itu. Lihatlah kaum hedonis itu, apa yang mereka dapatkan setelah berliar-liar ria dengan segala sensasi seks-nya? Mereka hanya mendapatkan kecewa, penyesalan, dan sakit hati tak berkesudahan, sampai akhir hayatnya. Kasihan benar ]].

03). Tontonan seks liar hanyalah menyilaukan mata, menyiksa telinga, dan membuat birahi bergejolak. Namun disana tidak ada nilai berharga yang bisa diterima.
[[ Catatan: Kalau menyaksikan media-media pornografi, kita dibuat seperti sangat tergiur menyaksikan semua tontonan itu -meskipun banyak juga yang merasa sangat jijik-. Tetapi semua ketergiuran ini hanyalah tipuan mata belaka. Anda tidak akan pernah mendapat kenikmatan sejati dengan mengagumi tontonan itu. Kenikmatan sejati ada di diri isteri Anda yang didekati dengan cara yang baik, dan menempuh cara yang baik pula. Hanya itu potensi kesenangan seksual yang Alloh sediakan bagi kita. Adapun tontonan seks liar, hanya menipu mata belaka. Bahkan para pelaku perbuatan mesum itu, mereka sama sekali tidak mendapatkan impian yang mereka inginkan. Tidak mungkin, Alloh akan memberikan kepuasan kepada siapa yang menempuh cara salah! Tidak mungkin! Nah, disinilah banyak generasi muda tertipu oleh media-media pornografi ]].

04). Berbuat salah itu mudah, tetapi meminta maaf atas kesalahan tidaklah mudah. Meminta maaf itu biasa, tetapi berani memberi maaf itu luar biasa. Memberi maaf itu hebat, tetapi mengakui kesalahan diri lebih hebat. Mengakui kesalahan diri jelas istimewa, tetapi berani mengakui kebaikan orang lain, itu lebih istimewa. Mengakui kelebihan orang sungguh tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi mensyukuri kebaikan orang, bahkan mendoakan orang-orang yang baik itu. …jika kita belum mengerjakan salah satu dari kebaikan di atas, belum layak kita disebut sebagai manusia yang berakhlak mulia. Semoga Alloh Ta'ala selalu menjadikan kita sebagai orang baik, sepanjang nafas di kandung badan. Aamiin.

05). Musuh terbesar seorang manusia yang sedang berjuang meraih sukses, seringkali tidak berasal dari manapun, tetapi dari dirinya sendiri.
[[ Catatan: Setiap manusia memiliki hawa nafsu, nah hawa nafsu inilah yang kerap menghambat perjalanan menuju tangga sukses. Hawa nafsu bukan “nafsu” makan, minum, seks, dan lainnya. Hawa nafsu itu adalah dorongan dalam diri untuk selalu menghindari kebaikan dan mendekati keburukan. Hawa nafsu selalu ingin konfrontasi dengan kebaikan, dan mendukung penuh keburukan. Maka itu dalam Al Qur’an disebutkan sebuah ayat yang bunyinya, “Wa man khafa maqama Robbihi wa nahan nafsa ‘anil hawa, fa innal jannata hiyal ma’wa” (siapa yang takut dengan kedudukan Robb-nya dan menahan hawa nafsunya, maka tempat kembalinya adalah syurga). Maka berjuanglah untuk menaklukkan dirimu sendiri, sebelum menaklukkan musuh-musuhmu! ]].

06). Suatu kaum yang malang, ialah mereka yang diperlihatkan oleh Alloh sebab-sebab kekalahan dirinya, namun mereka tidak ditolong oleh Alloh untuk mencapai kemenangan. Sedangkan kaum yang binasa, adalah mereka yang tidak ditunjukkan sebab-sebab kekalahannya, dan tidak pula ditolong untuk mencapai kemenangan. Adapun kaum yang berjaya, adalah mereka yang diberitahu sebab-sebab kekalahannya, lalu ditolong untuk merealisasikan sebab-sebab kemenangannya.
[[ Catatan: Ummat Islam di Indonesia saat ini bisa dianggap termasuk kaum yang malang. Kita tahu dan sadar tentang sebab-sebab kekalahan kita, namun begitu sulitnya kita merealisasikan syarat-syarat mencapai kemenangan. Hidayah ilmu telah ditunjukkan sedemikian banyaknya, namun hidayah taufiq belum dikaruniakan kepada kita, sehingga dari masa ke masa, kita lebih banyak bersabar menanti datangnya pertolongan Alloh itu. Bagaimanapun, innallah ma’as shobirin, Alloh senantiasa bersama hamba-hamba-Nya yang sabar]].

07). Di suatu jaman, Ummat ini merasakan saat-saat “paceklik” kemenangan. Begitu sulit merealisasikan kemenangan itu, sebab begitu banyak hambatan menghadang di jalan, dari berbagai arah. Namun di masa yang lain, kemenangan itu terasa “obralan”. Ia begitu deras menghampiri Ummat ini, seperti gelombang air laut yang tidak kenal henti berdatangan ke pantai. Suatu jaman Ummat dicoba dengan “paceklik”, di jaman berbeda dicoba dengan “panen anugrah”. Di jaman manapun kita berada, seorang Mukmin akan meyakini bahwa kemenangan itu semata dari Alloh belaka, bukan dari kekuatan tangannya.
[[Catatan: Kekalahan Ummat kadang membuat kita frustasi, sedangkan kemenangan Ummat kadang membuat kita sombong. Sikap yang benar, kekalahan akan dihadapi dengan shabar; sedang kemenangan akan dihadapi dengan syukur. Shabar atau syukur akan sulit terealisasi jika kita tidak meyakini, wa maa an nashru ill min ‘indillohil ‘azizil hakim, dan pertolongan itu tidaklah datang melainkan dari sisi Alloh yang Maha Aziz dan Maha Hakim. Teguhkan keyakinan ini di hatimu saudaramu, maka Alloh akan menegakkan kemenangan dalam kehidupanmu. Insya Alloh Ta'ala wa Aamin]].

08). Seorang insan mengharapkan Alloh bekerja dalam skenarionya, sehingga setiap impian-impiannya akan tercapai sempurna. Namun Alloh Maha Tahu, Dia mengetahui seluruh sisi kehidupan insan itu. Apa yang diberikan-Nya adalah yang terbaik menurut ilmu-Nya, meskipun ia tampak kurang berharga di mata hamba-Nya. Andai Alloh memberi secara sempurna apa saja yang diminta hamba-Nya, tanpa mempedulikan sisi-sisi kebaikan dari kehidupan hamba itu, maka bisa jadi ia akan menjadi manusia miskin, lemah, dan terabaikan. Insan itu tidak tahu, sedangkan Alloh lebih tahu. Hadapilah kehidupanmu, sekalipun engkau selalu merasa “kurang”. Berlatihlah mensyukuri nikmat, sebab syukur itu akan menjadi pondasi kebahagiaanmu (bukan impian-impianmu yang tidak berkesudahan itu).

09). Seseorang belum disebut cerdas, sebelum memahami bahwa Yahudi itu memang cerdas. Tetapi seseorang belum mencapai taraf kebenaran, sebelum menyadari bahwa orang Mukmin itu lebih cerdas dari Yahudi.
[[ Catatan: Orang yang belum memahami bahwa Yahudi itu cerdas, karena dia belum banyak membaca, belum banyak menyelidiki, dan mengapresiasi karya-karya Yahudi dalam peradaban modern. Bahkan dia belum secara gentle mengakui kecerasan orang lain secara obyektif. Wajar jika dia belum disebut cerdas. Namun cerdas saja, belum cukup. Cerdas jika tidak menyampaikan kepada KEBENARAN, apalah gunanya? Maka seseorang belum disebut memahami kecerdasan hakiki, sebelum menyadari bahwa orang-orang beriman (Mukmin) lebih cerdas dari Yahudi. Orang beriman mengerti sepak-terjang Yahudi, misinya, konsep, skema, bahkan dampak yang akan terjadi dari sepak terjang itu. Dari mana orang-orang beriman memahami semua ini? Sebab mereka ditolong oleh Allah untuk memahami makar musuh-musuhnya, dan diberitahu formula-formula untuk mengatasinya. Hanya saja, formula-formula itu tidak selalu efektif bisa dijalankan, sebab hanya didukung oleh kekuatan sporadis. Andai ada konsep negara yang 100 % mendidikasikan dirinya untuk kemajuan Islam, tentu Ummat ini akan menyaksikan pertunjukan kecerdasan oleh kaum Mukminin. Masya Alloh, laa khaula wa laa quwwata illa billah]].

10). Seorang atheis berkata, “Tuhan itu tidak ada.” Maka saya katakan kepada orang itu sambil tersenyum, “Apa itu Tuhan? Dan apa itu ada?”
[[Catatan: Kalimat di atas bukan dari saya sendiri, tapi dari Sir Muhammad Iqbal, seorang penyair besar asal Pakistan. Beliau bekerja puluhan tahun dalam dunia filsafat, menghasilkan karya-karya syair yang dikagumi dunia internasional. Gelar “Sir” diberikan oleh Kerajaan Inggris sebagai penghargaan atas dedikasi beliau dalam Sastra Inggris. Maksud kalimat di atas, kurang lebih: Orang atheis tidak mempercayai Alloh (Tuhan), lebih karena mereka terlalu berpikir materialis. Segala sesuatu diukur dengan materi. Padahal dalam kehidupan ini,baik materi maupun immateri keduanya eksis. Bahkan sisi immateri (keghaiban) jauh lebih eksis].

11). Semua wanita itu menarik hati, tetapi semua wanita SAMA.
[[ Catatan: Ini adalah sebuah prinsip besar yang patut kita ketahui. Banyak manusia terjerumus karena godaan wanita. Kaum Yahudi sangat pandai. Mereka memahami bahwa fitrah laki-laki selalu terpikat dengan pesona wanita. Maka Yahudi menjadikan wanita sebagai komoditi untuk merusak moral manusia. Lihatlah iklan, film, sinetron, artis, seniman, kemasan produk, penjaga toko, staff kantor, teller bank, dll. selalu memakai wanita dengan penampilan cantik dan pakaian seksi. Yahudi ingin menempatkan wanita sebagai “ranjau-ranjau” untuk membongkar moral manusia, dimanapun mereka berada. Banyak laki-laki terpikat, atau terjerumus oleh “serbuan pesona wanita” ini. Padahal sejujurkan, kalau mau berpikir logis dan lebih berwawasan, kaum wanita itu SAMA. Pusat pesona, struktur, anatomi mereka sama belaka. Hanya “chasing”-nya yang berbeda. Tetapi secara umum mereka sama. Oleh karena itu, Islam memberi solusi berupa ISTERI. Boleh 2, 3, 4 isteri, atau cukup 1 saja. Solusi ini menakjubkan, sebab ia memberi esensi sebenarnya. Andai manusia ingin meraih kenikmatan dari 1000 wanita, hal itu sebenarnya SAMA saja dengan mendapat nikmat dari 1 wanita saja. Semua wanita sama, hanya “chasing” berbeda]].

12). Siapakah wanita yang tidak berkualitas? Mereka adalah wanita yang ketika tidak memiliki kelebihan untuk ditunjukkan; mereka lucuti tubuhnya untuk mencari perhatian.
[[Catatan: Itulah ciri termudah untuk memahami kualitas seorang wanita. Tidak peduli, siapapun dirinya, sepintar apapun dia, setinggi apapun sekolahnya, sefasih apapun bahasa Inggrisnya. Wanita yang tidak berkualitas, akan menjadikan keseksian dirinya sebagai “alat tawar” untuk mendapatkan keuntungan² tertentu. Hanya masalahnya, sebagian besar wanita jaman modern ini: tidak berkualitas..!]]

13). Betapa manis penampilan wanita seksi, tetapi betapa pahit keadaan jiwanya.
[[Catatan: Hampir dipastikan, tanpa terkecuali, wanita yang memperlihatkan keseksian diri di depan umum, mereka menarik mata laki-laki. Ini sudah fitrah. Tetapi dapat dipastikan juga bahwa wanita seperti itu memiliki jiwa-jiwa yang sakit, pahit, dan penuh masalah. Ibaratnya, “Indah dalam pandangan mata. Namun pedih dalam interaksi dengannya.” Sungguh, tidak ada yang bisa membantah, bahwa pemilik penampilan seksi (selain di depan suaminya sendiri) adalah orang-orang yang penuh masalah. Hanya masalah itu tidak tampak di mata kita. Sedangkan mata kita cenderung fokus dengan penampilannya, tak mau menjangkau “yang di balik” penampilan]].

14). Orang yang baik itu kalau berbuat salah, cepat mendapat peringatan dari Alloh, sehingga dirinya segera bertaubat. Sedangkan orang jahat itu kalau berbuat salah, malah ditambah-tambah rizkinya, agar dia semakin bergelimang dengan kesalahan.
[[Catatan: Banyak orang tertipu dengan rizki yang dia peroleh. Dia menganggap bahwa bertambah rizki di sisinya dianggap sebagai kebaikan murni. Padahal sebagian rizki itu justru merupakan fitnah bagi yang bersangkutan. Jika seseorang bertambah shaleh dan bertambah rizkinya, bersyukurlah. Itu pertanda keberkahan. Namun harus hati-hati, seseorang yang semakin terjerumus dosa, namun rizkinya malah semakin bertambah. Rizki semacam itu merupakan fitnah yang kelak bisa menjadi bala’ yang sangat menyakitkan. Banyak orang ‘kaya mendadak’ setelah masuk dunia politik. Padahal mereka tidak menunaikan amanah perjuangan politik Islam. Yang mungkar dibiarkan, yang Islami tidak dibela. Namun aneh, rizki mereka kok semakin ‘kinclong’ ya? Nah, itulah yang tidak mau dimengerti oleh orang-orang itu. Nanti, kalau sudah benar² (hancur), barulah timbul kesadaran]].

15). Cobaan berat sering menimpa orang² yang baru bertaubat. Hal itu untuk menguji, apakah taubatnya benar² murni atau hanya main-main saja?
[[Catatan: Setiap orang yang baru bertaubat, biasanya akan diberi “uang muka”, berupa kegembiraan² sebagai sambutan atas pertaubatan dia. Namun setelah itu, biasanya dia akan diberi cobaan tertentu yang benar-benar menguji keimanannya. Kalau dia sanggup melewati ujian itu dengan sabar, dia akan lolos dari ujian dan benar² mendapatkan taubat yang murni. Namun, kalau dia gagal melewati ujian dan merasa tidak sanggup hidup dalam taubat, dia akan jatuh kembali ke posisi semula. Bisa jadi saat itu syaitan akan menggodanya, sehingga menjadi lebih terjerumus dibandingkan sebelum saat bertaubat.
Caranya bagaimana menghadapi godaan syaitan itu? Pertama, sadarilah bahwa cobaan untuk menguji niat taubat kita, apakah serius atau main-main, itu memang ada. Kedua, kalau diukur-ukur, cobaan setelah taubat itu sebenarnya tidak berat. Hanya yang membuatnya tampak berat, karena kita menghadapi bisikan syaitan yang terus-menerus menggoda hati kita agar berhenti bertaubat. Kalau kita sering mengulang-ulang bacaan Surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas, insya Alloh bisikan syaitan itu bisa ditatasi. Ketiga, kebebasan hidup setelah bertaubat sungguh jauh lebih nikmat daripada “kebebasan” kita bergelimang dalam dosa. Bagaimanapun Alloh Ta'ala mencintai orang-orang yang bertaubat dan selalu mensucikan diri]].

16). Salah satu kunci sukses perjuangan manusia, adalah: Berani memilih! Banyak orang gagal, bukan karena tidak bekerja keras, tetapi karena tidak ada satu pun fokus yang dia kejar.
[[Catatan: Sebagai manusia biasa, kita biasanya ingin meraih semuanya. Misalnya, seorang pemuda ingin sukses kuliah, ingin menjadi olah-ragawan, ingin menjadi facebookers populer, ingin traveling ke berbagai tempat eksotik, ingin aktif di organisasi, ingin ikut demonstrasi di barisan terdepan, ingin berceramah sangat mengharukan, sehingga semua mata meneteskan air-mata, dan berbagai impian lain. Semua ini ingin didapat dalam satu masa sekaligus. Pemuda itu pun harus bekerja “apa saja”, tanpa prioritas, tanpa skala, tanpa fokus. Akibatnya, dia tidak memperoleh apapun dari semua impiannya, karena usahanya mentah semua. Maka, jika ingin sukses, kita harus berani memilih di antara impian² itu. Memilih ini membutuhkan kekuatan jiwa untuk menerima sedikit, dan melepaskan keinginan-keinginan lain. Cobalah saudaraku, maka engkau akan sukses, insya Alloh Ta'ala]].

17). Jika seorang wanita modern ditanya, “Apa yang dia inginkan dalam hidup ini?” Maka dia akan menjawab: Kebebasan tanpa batasan, materi yang melimpah ruah, pujian yang tidak berkesudahan, perhiasan, kemewahan, serta kenikmatan “cinta” dari laki-laki superhero.
[[Catatan: Jika Anda termasuk wanita yang bertipe seperti di atas, bersiap-siaplah untuk menyambut kehidupan suram di Akhirat nanti..! Berlatihlah kesabaran sejak sekarang untuk menghadapi kobaran siksa neraka. Sesekali, belajarlah memegang api, sebelum nanti berenang-renang di atas api. Mengapa dikatakan demikian? Sebab, semua keinginan seperti di atas kerap kali menjadi sebab durhakanya seorang wanita. Rata-rata wanita menjadi durhaka karena impian-impian seperti itu. Bahkan, syurga bagi kaum wanita akan dicapai dengan kesabaran, lapang hati, syukur kepada Alloh Ta'ala, menjaga kehormatan, serta tekun ibadah kepada-Nya]].

18). Di jaman modern ini, banyak orang-orang muda tenggelam dalam pemujaan seks. Mereka tampil dalam gambar porno, video mesum, eksperimen seks, dan lain-lain. Banyak orang mengira, mereka berbahagia. Padahal sejatinya, mereka sakit.
[[Catatan: Banyak manusia putus-asa dengan hidupnya. Mereka merasa hancur, merasa berantakan. Lalu mereka terjerumus dalam propaganda, untuk menghancurkan orang lain. Slogan mereka, “Kalau kami hancur, maka mereka juga harus hancur! Kita sama-sama hancur!” Orang-orang inilah yang meramaikan dunia pornografi selama ini, apapun bentuknya. Apakah ada kebahagiaan dalam hidup mereka? NOL BESAR, tak ada sama sekali. Justru, mereka menyembunyikan berbagai derita hidup, yang tak mampu kita lihat dari dunia kita. Nun disana, mereka terjebak dalam “bisnis daging”. Maksudnya, hidup mereka dihargai sebagaimana harga daging di pasar. Tidak ada penghormatan, kesantunan, keramahan, empati, dan sebagainya. Semuanya keras, perih, tertindas, tak berdaya. Sangat kasihan, seandainya kita tahu keadaan sebenarnya!]].

19). Banyak anak-anak muda bersikap angkuh dengan segala kebebasan yang dimilikinya. Kebut-kebutan, maniak musik rock, memakai simbol-simbol syetan, hobi pornografi, berkata-kata mesum, jadi suporter ‘bonek’, terlibat seks bebas, minuman keras, narkoba, dsb. Mereka menyangka, semua itu adalah “hakikat kehidupan sejati”. Padahal mereka hanya tertipu.
[[Catatan: Usia manusia bertambah. Tidak mungkin manusia akan muda selamanya. Lambat atau cepat, seseorang akan menjadi tua. Ketika banyak anak muda menghabiskan waktunya dalam kebebasan ekspressi tanpa kendali, pada dasarnya mereka hanya mempersiapkan “PENJARA” untuk masa depannya sendiri. Mereka akan terkurung dalam penjara kehidupan, penuh kesempitan, penuh konflik, diremehkan, bahkan diabaikan. Mengapa? Sebab mereka telah “menghabiskan madunya” saat masih muda. Maka nasehati saudara² kita, agar tidak terjebak dalam penjara yang akan mengurung diri mereka sendiri, di kemudian hari]].

20). Orang berilmu, dia tahu definisi kehidupan dan sifat-sifatnya. Orang pintar, dia bisa membedakan kehidupan dan kematian. Orang cerdas, dia bisa memilah mana yang penting dan mana yang lebih penting. Adapun orang yang bijak, dia memahami bahwa ‘setiap awal pasti ada akhirnya’, ‘setiap pangkal pasti ada ujungnya’. Lalu dimana posisi kita?
[[Catatan: Jadilah salah satu dari posisi-posisi kebaikan. Jadilah orang berilmu yang beramal dengan ilmunya. Jadilah orang beramal yang bisa membedakan amal penting dan amal yang bisa ditunda. Jadilah orang yang istiqomah dalam amal kebaikan. Dan akhirnya, jadilah manusia yang banyak berbekal untuk menuju kepada-Nya. Bagaimanapun, dimanapun, apapun posisi kita, kematian akan menghampiri, lambat atau cepat. Berbekal-lah yang banyak menyambut hari yang tak terduga]].

21). Siapakah manusia yang ditinggalkan? Siapakah dia? Apakah dia manusia yang kesepian, tidak memiliki teman, hidup di pedalaman, tersisih dari pergaulan, diabaikan manusia? Tidak, wahai saudaraku. Manusia yang ditinggalkan adalah mereka yang sibuk dengan urusannya sendiri, lalu dia mengabaikan urusan Islam, kemudian Alloh Ta'ala pun meninggalkan dirinya.
[[Catatan: Alangkah malangnya manusia yang tidak diberi jalan untuk menolong agama Alloh. Dia memiliki harta, tapi sangat berat mengeluarkan infak. Dia memiliki gedung-gedung, rumah-rumah megah, fasilitas luar biasa, tetapi disana sama sekali tidak pernah terdengar agama Alloh ditolong di dalamnya. Dia memiliki pangkat tinggi, jabatan tinggi, karier bagus, profesi mengagumkan, tetapi sayang semua itu sama sekali tidak dibutuhkan oleh Alloh Swt untuk menolong agama-Nya. Alloh Ta'ala tidak meminta bantuan dia untuk menolong agama-Nya. Begitu pula, dia memiliki ilmu tinggi, memiliki skill profesional, memiliki wawasan luas, memiliki jaringan luas, tetapi sayang Alloh tidak butuh dengan apa yang dia miliki. Akhi wa Ukhti, dekatilah Alloh dengan apapun yang mengundang ridho-Nya. Jangan sampai engkau ditinggalkan oleh-Nya, tidak disertakan dalam perjuangan agama-Nya]].

22). Sebagian orang merasa dirinya “sangat berjasa” pada Islam. Padahal sejatinya, Islam-lah yang telah berjasa mengangkat dirinya menjadi mulia.
[[Catatan: Seringkali muncul kesombongan dalam hati kita. Ketika seseorang telah mengerahkan tenaga maksimal, pikiran diperas, keringat berlelehan, di jalan Alloh. Di suatu titik, dia tergoda untuk “menilai” amal-amal yang telah dia lakukan. “Oh, betapa besar jasaku. Tanpa pengorbananku, Islam tidak akan maju seperti ini. Ya Alloh, terimakasih Engkau telah memilihku menjadi orang penting. Tanpa tanganku, ideku, perjuanganku, mustahil Ummat Islam ini akan maju seperti ini.” Betapa, dalam perjuangan ini, posisi kita hanya penyedia kavling belaka. Kita menyediakan tempat, menyediakan fasilitas, menyediakan peralatan, lalu Alloh membangun di atas kavling itu kebaikan-kebaikan amal. Amal itu sendiri akhirnya untuk kita, baiknya untuk kita, pahalanya juga untuk kita. Padahal kita ini hanya “penyedia kavling” belaka. Alloh-lah yang menolong kita beramal-amal baik yang diridhoi-Nya. Tidak pantas ada kesombongan dalam amal. Bukan kita yang mulia, tetapi Islam-lah yang membuat kita mulia. Andaikan bukan karena Islam yang kita bela, tentulah kita akan hina, atau akan menjadi manusia² bingung yang menyembah hedonisme untuk menyenangkan diri yang gelisah]].

23). Jadilah pengikut kebenaran, dan jangan berharap kebenaran akan mengikuti diri Anda.
[[Catatan: Kebenaran itu memiliki tabiatnya sendiri. Ia seperti rel yang terbentang lurus, menuju suatu titik (keridhoan Alloh). Sedangkan kita adalah para penumpang kereta yang akan melintasi rel tersebut. Jangan pernah bermimpi, kita akan mampu menentukan arah rel, mengubah-ubah haluan, atau membentuk rute sendiri. Kita ini dilahirkan ketika rel sudah jadi, sudah ada, lurus memanjang. Jadi, dalam hidup ini, ikutilah rel yang lurus itu, ikutilah kebenaran. Jangan pernah bermimpi, rel itu akan mengikuti cara Anda berjalan. Dan jangan pula bermimpi (yang lebih parah), Anda akan membentuk rel sendiri, sesuai selera Anda. Saudaraku, bersegeralah mari mengikuti kebenaran, jangan memaksakan agar kebenaran mengikuti langkah-langkah kaki Kita]].

24). Setiap manusia sanggup berkorban. Jika seseorang tidak berkorban untuk agamanya, tentu dia akan berkorban untuk selainnya.
[[Catatan: Itu pasti, seseorang akan berkorban, untuk siapapun. Ada yang berkorban untuk pacar atau kekasihnya, anak-isterinya, sahabat-sahabatnya, kedua orangtuanya, kakak-adiknya, kelompoknya, klub-nya, dan sebagainya. Jika kita tidak berkorban kepada agama, pasti akan berkorban kepada yang lain. Mininal berkorban untuk diri sendiri. Pada akhirnya nanti, akan tampak seberapa besar pengorbanan seseorang. Dan itulah yang dihargai di Akhirat nanti. Kalau pengorbanannya paling besar untuk isterinya, kelak “pahalanya” akan sampai ke isterinya. Kalau pengorbanan besar untuk “game komputer”-nya, nanti pahalanya juga untuknya. Dan seterusnya. Kita harus memiliki reputasi pengorbanan untuk agama ini, lalu berharap Alloh akan menolong kita saat berkorban untuk isteri, anak-anak, orangtua, keluarga, para shahabat, komunitas, dan sebagainya. Tolonglah agamamu, agar Alloh menolong kehidupanmu dan siapapun yang engkau ridhoi !!!]].

25). Hidup ini adalah perjuangan. Orang sukses, dia bersikap seperti prajurit yang hendak terjun ke medan perang. Orang gagal, dia bersikap seperti prajurit yang sedang memunguti harta rampasan perang, sambil berjingkrak-jingkrak kegirangan.
[[Catatan: Orang sukses selalu ingin memberi, orang gagal selalu meminta. Orang sukses mau bersabar, orang gagal tidak tahan menderita. Orang sukses tersenyum saat bahagia, orang gagal tertawa terbahak-bahak saat mendapat kesenangan. Orang sukses bersikap teguh saat menghadapi ujian, orang gagal menangis menjerit-jerit saat menghadapi masalah. Orang sukses  berani menghadapi musuh, orang gagal lari paling duluan sebelum yang lain. Orang sukses mengukur usaha sebagai proses, orang gagal mengukur sebagai hasil. Orang sukses memahami makna “angka nol”, orang gagal selalu terobsesi dengan “poin 100″. Begitu jelas beda antara orang sukses dengan orang gagal. Tapi di jaman modern, orang gagal lebih pintar memoles penampilan, sehingga manusia banyak berkerumun di sekitarnya. Sementara orang sukses susah diajak kompromi dalam soal penampilan, sebab hal itu memang bukan ukuran. Seperti sudah dikatakan, “Hidup adalah perjuangan.” Iya kan]].

Wallohu Ta'ala A'lamu Bishowab
thumbnail
Judul: Menelusuri Hikmah Kehidupan
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh

Artikel Terkait Hikmah dan Renungan :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy
Template Seo Elite oleh Al Fikr Publisher FreTempl