Bercanda Ala Rasulullah
Kebanyakan orang bercanda melampaui batas-batas yang diperbolehkan oleh syariat. Sebagaimana kita lihat di telvisi-televisi, banyak para pelawak becanda berlebihan, seperti mengeluarkan kata-kata yang kotor, jorok, porno, bahkan seorang pelawak rela menjadi banci hanya untuk membuat orang tertawa. Hal tersebut tidak diperbolehkan dalam Islam.
Tidak bisa dipungkiri, di saat-saat tertentu kita memang membutuhkan bercanda agar tercipta suasana rileks dan santai untuk mengendurkan urat syaraf, menghilangkan rasa pegal dan capek sehabis beraktivitas. Diharapkan setelah itu badan kembali segar, mental stabil, semangat beraktivitas bangkit kembali, sehingga produktifitas semakin meningkat. Hal ini tidak dilarang selama tidak berlebihan. Namun yang menjadi pertanyaan bercanda yang bagaimanakah yang diperbolehkan oleh Rasulullah ﷺ ?
Rasulullah ﷺ pun adalah orang yang humoris. Beliau sering mengajak istri dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau untuk mengambil hati serta membuat mereka gembira. Namun canda beliau tidak berlebihan, tetap ada batasnya. Bila tertawa, beliau tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula dalam bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam beberapa hadits yang menceritakan seputar bercandanya Rasulullah ﷺ. Seperti hadits dari ‘Aisyah ra, “Aku belum pernah melihat Rasullulloh ﷺ tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau hanya tersenyum.”(HR. Bukhari
dan Muslim)
Abu Hurairah ra pun menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Wahai, Rasullullah! Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?”. Maka Rasulullah ﷺ menjawab dengan sabdanya, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.”(HR. Imam Ahmad. Sanadnya Shahih)
Adapun contoh bercanda ala Rasulullah adalah ketika Seseorang sahabat mendatangi Rasulullah ﷺ, dan dia meminta agar Rasulullah ﷺ membantunya mencari unta untuk memindahkan barang-barangnya.
Rasulullah berkata: “Kalau begitu kamu pindahkan barang-barangmu itu ke anak unta di seberang sana”. Sahabat bingung bagaimana mungkin seekor anak unta dapat memikul beban yang berat. “Ya Rasulullah, apakah tidak ada unta dewasa yang sekiranya sanggup memikul barang-barang ku ini?” Rasulullah menjawab, “Aku tidak bilang anak unta itu masih kecil, yang jelas dia adalah anak unta. Tidak mungkin seekor anak unta lahir dari ibu selain unta” Sahabat tersenyum dan dia-pun mengerti canda Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud dan At
Tirmidzi. Sanad sahih)
Tidak Ada Perempuan Tua Di Surga
Seorang perempuan tua bertanya pada Rasulullah: “Ya Utusan Allah, apakah perempuan tua seperti aku layak masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Ya Ummi, sesungguhnya di surga tidak ada perempuan tua”. Perempuan itu menangis mengingat nasibnya Kemudian Rasulullah ﷺ mengutip salah satu firman Allah di surat Al Waaqi’ah ayat 35-37 “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya”. (Riwayat At Tirmidzi, hadits hasan)
Zahir Si Lelaki Padang Pasir
Seorang sahabat bernama Zahir yang agak lemah daya pikirannya, namun Rasulullah ﷺ mencintainya, begitu juga Zahir mencintai Rasulullah SAW. Zahir ini sering menyendiri menghabiskan hari-harinya di gurun pasir sehingga Rasulullah ﷺ berkata, “Zahir ini adalah lelaki padang pasir, dan kita semua tinggal di kotanya”.
Suatu hari ketika Rasulullah ﷺ sedang ke pasar, dia melihat Zahir sedang berdiri melihat barang-barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah ﷺ memeluk Zahir dari belakang dengan erat. Zahir pun kaget, “Heii……siapa ini?? lepaskan aku!!!”, Zahir memberontak dan menoleh ke belakang, ternyata yang memeluknya Rasulullah ﷺ.
Zahir segera menyandarkan tubuhnya dan lebih mengeratkan pelukan Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ berkata, “Wahai umat manusia, siapa yang mau membeli budak ini??”
Zahir berkata, “Ya Rasulullah, aku ini tidak bernilai di pandangan mereka”
Rasulullah ﷺ menjawab, “Tapi di pandangan Allah, engkau sungguh bernilai Zahir. Mau dibeli Allah atau dibeli manusia?”
Zahir makin mengeratkan tubuhnya dan merasa damai di pelukan Rasulullah ﷺ. (Riwayat Imam Ahmad dari Anas RA)
Bila Siti Aisyah RA Marah
Rasulullah ﷺ juga pernah bersabda kepada ‘Asiyah, “Aku tahu saat kamu senang kepadaku dan saat kamu marah kepadaku.” Aisyah bertanya, “Dari mana engkau mengetahuinya?”
Beliau menjawab, ”Kalau engkau sedang senang kepadaku, engkau akan mengatakan dalam sumpahmu “Tidak demi Tuhan Muhammad”. Akan tetapi jika engkau sedang marah, engkau akan bersumpah, “Tidak demi Tuhan Ibrahim!”.
Aisyah pun menjawab, “Benar, tapi demi Allah, wahai Rasulullah, aku tidak akan meninggalkan, kecuali namamu saja” (HR Bukhari dan Muslim)
Berlomba dengan Aisyah RA
Aisyah RA berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah ﷺ dalam suatu perjalanan, saat itu tubuhku masih ramping. Beliau lalu berkata kepada para sahabat beliau, ”Silakan kalian berjalan duluan!” Para sahabat pun berjalan duluan semua, kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.” Aku pun menyambut ajakan beliau dan ternyata aku dapat mendahului beliau dalam berlari."
Beberapa waktu setelah kejadian itu dalam sebuah riwayat disebutkan: ”Beliau lama tidak mengajakku bepergian sampai tubuhku gemuk dan aku lupa akan kejadian itu.” Suatu ketika aku bepergian lagi bersama beliau. Beliau pun berkata kepada para sahabatnya. “Silakan kalian berjalan duluan.” Para sahabat pun kemudian berjalan lebih dulu. kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.”
Saat itu aku sudah lupa terhadap kemenanganku pada waktu yang lalu dan kini badanku sudah gemuk. Aku berkata, “Bagaimana aku dapat mendahului engkau, wahai Rasulullah, sedangkan keadaanku seperti ini?” Beliau berkata, “Marilah kita mulai.” Aku pun melayani ajakan berlomba dan ternyata beliau mendahului aku. Beliau tertawa seraya berkata, ” Ini untuk menebus kekalahanku dalam lomba yang dulu.” (HR Ahmad dan Abi Dawud)
Rasulullah SAW Bercanda dengan Ali bin Abi Thalib RA
Suatu hari Rasulullah SAW bersama Ali dan sahabat yang lain sedang makan kurma bersama-sama. Pada saat makan kurma itu biji kurma bekas Ali diletakkan di depan Rasulullah SAW. Ketika hampir selesai, sambil senyum-senyum Ali berkata, “Ya, Rasulullah kelihatan engkau sangat lapar karena makan kurma begitu banyak, lihat biji kurma itu banyak di depan engkau.”
Kemudian dengan cepat Rasulullah ﷺ mejawab, ”Bukannya engkau yang sangat lapar karena makan kurma bersama biji-bijinya? Lihat tidak ada biji kurma di depan mu." :D
Rasulullah ﷺ Bercanda Bersama Keluarganya
Aisyah bercerita, "Rasulullah ﷺ dan Saudah binti Zum'ah berada disisiku, lalu aku buatkan harirah (tepung yang dimasak dengan susu atau lemak) dan aku hidangkan untuk beliau. lalu aku hidangkan untuk Saudah," Makanlah !"
"Aku tidak suka," kata saudah, menolak
"Kau harus makan atau aku lumurkan ke mukamu!"
"Aku benar-benar tidak suka," lagi lagi saudah menolak tawaranku. Lalu aku mengambil sedikit kue dari pinggan, lantas kuoleskan ke mukanya. Saat itu, Rasulullah ﷺ merendahkan kedua lututnya kepada Saudah agar ia dapat mendekat kepadaku. Setelah itu (dengan cepat), Saudah mengambil kue dari pinggan dan mengoleskannya ke mukaku. Melihat semua itu, Rasulullah hanya tertawa."
Demikianlah beberapa contoh bagaimana manusia paling agung itu menciptakan sedikit tempat peristirahatan bagi hatinya di sela-sela beratnya tugas mengemban amanah agung dari Allah SWT untuk menyampaikan ajaran Islam kepada manusia.
Poin di atas cukup mewakili humor yang pernah dilakukan oleh Rasulullah. Selain itu, ada beberapa adab atau tata cara yang harus kita perhatikan dalam bercanda, antara lain:
Pertama, Meluruskan tujuan, yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa memperoleh semangat baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Kedua, Jangan melewati batas. Sebagian orang sering berlebihan dalam bercanda hingga melanggar norma-norma. Terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa seseorang.
Ketiga, Jangan bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda. Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan
akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.
Keempat, Jangan bercanda dalam perkara-perkara yang serius. Seperti dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim ketika memberikan persaksian dan lain sebagainya.
Kelima, Menakut-nakuti seorang muslim dalam bercanda, misalnya dengan mencuri barang miliknya, namun ia hanya bercanda. Rasullullah ﷺ bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Dalam hadisnya yang lain, Rasullullah ﷺ juga bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud)
Keenam, Berdusta saat bercanda. Rasullullah ﷺ bersabda, “Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud).
Rasullullah pun telah memberi ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau, “Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.”(HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Ketujuh, Melecehkan sekelompok orang tertentu. Misalnya bercanda dengan melecehkan penduduk daerah tertentu, atau profesi tertentu, bahasa tertentu dan lain sebagainya, yang perbuatan ini sangat dilarang.
Kedelapan, Canda yang berisi tuduhan dan fitnah terhadap orang lain. Sebagian orang bercanda dengan temannya lalu mencela, memfitnahnya, atau menyifatinya dengan perbuatan yang keji untuk membuat orang lain tertawa.
Kesembilan, Hindari bercanda dengan aksi atau kata-kata yang buruk. Allah telah berfirman, yang artinya, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.”(QS. al-Isra’:53)
Kesepuluh, Jangan melecehkan syiar-syiar agama dalam bercanda. Misalkan seseorang bercanda dengan mempermainkan simbol-simbol agama, ayat-ayat Al-Qur’an dan syair-syairnya. Sungguh perbuatan itu bisa menjatuhkan pelakunya dalam kemunafikan dan kekufuran.
Demikianlah mengenai batasan-batasan dalam bercanda ala Rasulullah yang
diperbolehkan dalam syariat. Semoga setiap kata, perbuatan, tingkah laku dan
akhlak kita mendapatkan ridho dari Allah SWT dalam bercanda, semoga kita bisa bercanda ala Rasulullah. Kita senantiasa memohon taufik dari Allah agar termasuk ke dalam golongan orang-orang yang wajahnya tidak dipalingkan saat di kubur nanti karena mengikuti sunnah Nabi-Nya.
Wallohu A’lam bishowab
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh 18:53
0 komentar:
Post a Comment