Tuesday 10 February 2015

Wasiat Dalam Kitab Nashoiul Ibaad

Dinda Sharing - Sebagai Muslim kita diperintahkan agar menuntut ilmu semenjak masih dalam ayunan hingga menjelang ke liang kubur. Sebagai pencari ilmu agama, kitab-kitab referensi yang banyak dipakai umumnya dari para ulama di Timur Tengah, daerah tempat awal mula Islam tumbuh. Ulama besar dari generasi sahabat, tabiin, dan seterusnya biasanya juga seorang penulis besar. 

Namun, umat Islam di Indonesia janganlah luput, jika ada satu anak bangsanya juga diakui keilmuannya di Tanah Haram. Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani adalah satu contohnya. Nama beliau lengkapnya Abu Abdullah al-Mu'thi Muhammad Nawawi bin Umar at-Tanari al-Bantani al-Jawi. Dari namanya, bisa ditebak Syekh Nawawi berasal dari Tanah Banten. Namun, ia justru sangat dihormati di tanah kelahiran Nabi ﷺ. Julukannya tak main-main, "Sayyidul Hijjaz". Beliau menjadi imam Masjidil Haram dan mengajar di Haramain. Belum ada ulama Indonesia yang saat ini bisa menyamai prestasinya.

Selayaknya ulama-ulama besar, Syekh Nawawi juga banyak menulis kitab. Tak kurang 34 tulisannya masuk dalam Dictionary of Arabic Printed Books. Ratusan karya lain tersebar berbicara tentang ilmu-ilmu agama, seperti tauhid, fikih, dan hikmah.

Seperti kitab / buku yang berjudul Nashaihul Ibad. Seperti judulnya, karya Syekh Nawawi ini memberikan banyak nasehat kepada para penyembah Allah SWT. Kitab seorang ulama besar Tanah Air yang sangat bergizi guna meluaskan hati, menerangkan pikiran, dan menuntun perilaku. Semua kandungannya dari bab I hingga bab X hanya nasihat dan nasihat. Seolah Syekh Nawawi sedang berbicara langsung berdua dengan pembaca yang mengeluhkan segala macam permasalahan.
Dalam sedikit kata pengantarnya, Syekh Nawawi menyebut kitab ini merupakan syarah (penjelasan) dari kitab al-Mustamil 'ala al-Mawaizh karya Al-Hafidz Syekh Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad asy-Syafi'i asy-Syahiriya bin Ibnu Hajar al-Asqalani.

Kandungannya penuh nasihat yang berasal dari hadist, atsar sahabat, dan hikmah yang terserak dari orang-orang alim. Satu dua syair Arab yang penuh nasihat disuguhkan Syekh Nawawi. Seperti sebuah syair tentang dunia, "Hai orang yang melamar dunia. Sesungguhnya dunia itu minta dinikahi oleh seseorang, padahal ia telah disetubuhi. Di tempat lain, ia berselingkuh di belakang suaminya. Dunia hanya akan membunuh mereka satu per satu. Sungguh, aku telah tertipu olehnya." (hlm 115).
Dalam satu bab tulisannya terdiri dari 15-25 nasihat. Syekh Nawawi mengumpulkan nasihat-nasihat dari hadist, atsar sahabat, dan hikmah orang alim yang sejenis dalam satu bab. Misalnya nasihat tentang kehidupan dunia dan zuhud bisa ditelusuri di bab V. Nasihat yang berisi enam perkara, mulai dari enam golongan manusia yang dikutuk Allah, enam hal yang disembunyikan Allah, dan enam perilaku yang bisa mengantar manusia ke surga terkumpul di bab VI. 

Dalam penjelasannya, Syekh Nawawi tidak hanya menampilkan sebuah nasehat singkat, tetapi  nasehat itu juga diurai jika ada penjelasan dari Alquran, hadis maupun atsar sahabat. Kitab ini dilengkapi dengan teks Arab untuk hadist sehingga memudahkan para pembaca yang ingin menyampaikan ulang nasehat ini dalam ceramah atau dakwah. Sungguh, kita diajak Syekh Nawawi menyelami perkataan para sahabat yang jarang kita temui pada buku-buku agama. Kita akan menemui banyak perkataan empat sahabat Rosululloh ﷺ, Sayidina Abu Bakar RA yang diketahui sangat bijak, Sayidina Umar RA yang terkenal pemberani, Sayidina Ustman bin Affan RA yang dikenal sangat pemalu, kita juga akan mendapati puluhan nasihat Sayidina Ali bin Abi Thalib RA yang terkenal cerdas, Ibnu Abbas sang mufasir umat hingga nasihat Sufyan al-Tsauri.

Kesempatan kali ini Dinda sharing, "Enam perkara yang disembunyikan Alloh Azza wa Jalla".
Sayyidina Umar RA pernah berkata tentang urusan-urusan yang menjadi rahasia Allah SwT.
  • ▫ Perkara yang Pertama, Allah SwT menyembunyikan keridhoan-Nya dalam ketaatan kepada-Nya.
Hal ini dimaksudkan agar hamba-Nya senantiasa untuk bersungguh dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SwT. Jangan sekali-kali meremehkan suatu ketaatan meskipun itu sepertinya sangat kecil atau perkara yang remeh. Karena bisa jadi, dalam ketaatan yang dianggap kecil itu terdapat keridhoan Allah SwT yang dapat memberikan berkah, pahala, dan ampunan sehingga dapat menjadi bekal di akhirat kelak.
  • ▫ Perkara yang kedua adalah, Allah menyembunyikan murka-Nya dalam kemaksiatan seorang hamba-Nya.
Tujuannya adalah agar hamba-hamba-Nya selalu berupaya dengan seluruh daya dan upaya meninggalkan kemaksiatan dan takut terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan itu. Meskipun kemaksiatan itu hanyalah kemaksiatan yang sangat kecil, karena bisa saja dengan kemaksiatan yang sangat kecil itu justru terdapat murka Allah SwT. Memang dalam beberapa kasus Allah SwT menampakkan kemurkaan-Nya, seperti orang yang sedang mabuk tiba-tiba tersambar petir padahal tidak ada hujan dan cuaca yang cerah. Atau ketika sedang bermesraan dengan bukan pasangan yang dihalalkan tiba-tiba meninggal dunia. Namun, kasus-kasus seperti itu hanyalah sebagian kecil saja dan mayoritas kemurkaan Allah SwT dirahasiakan oleh Allah SwT.
  • ▫ Ketiga, Allah SwT menyembunyikan kapan Malam Lailatul Qadar muncul di bulan Ramadhan.
Dengan merahasiakan datangnya Malam Lailatul Qodar ini diharapkan dapat memberikan semangat kepada orang-orang yang beriman untuk selalu menghidupkan bulan Ramadhan baik siang maupun malam selama satu bulan penuh, agar dapat melahirkan ketakwaan dalam diri sesuai dengan tujuan pelaksanaan puasa Ramadhan (QS. Al-Baqarah : 183). Kerahasiaan Malam Lailatul Qadar ini memang cukup beralasan, karena nilainya lebih baik dari 1000 bulan atau setara dengan 83 tahun 4 bulan (QS. Al-Qadr : 1-5).
  • ▫ Perkara yang ke empat, Allah SwT menyembunyikan keberadaan para wali/auliyah di antara manusia.
Agar setiap orang selalu menghormati orang lain dan tidak mudah meremehkan orang lain karena status sosial yang disandangnya. Siapa tahu, orang yang diremehkan itu adalah wali Allah SwT.
  • ▫ Perkara kelima Allah SwT menyembunyikan kapan datangnya kematian kepada seseorang.
Sebenarnya ini merupakan sebuah cara agar manusia selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dengan selalu taat beribadah kepada Allah SwT dan melaksanakan sunnah Rasulullah ﷺ. Namun, masih banyak yang melupakan persiapan menyambut kedatangan maut yang pasti akan menjemput. Buktinya, masih banyak yang bermaksiat kepada Allah SwT dan tidak mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ. Korupsi merajalela, perselingkuhan, perzinahan, mabuk-mabukkan, mencuri, meninggalkan shalat lima waktu, tidak mengeluarkan zakat, tidak mau berpuasa Ramadhan dan kemaksiatan lainnya yang dapat dengan jelas kita lihat dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kita. Mudah-mudahan kita termasuk golongan yang mempersiapkan kedatangan kematian itu.
  • ▫ Dan perkara yang dirahasiakan oleh Allah SwT yang keenam adalah ash-shalatul wustha (shalat yang paling utama) dalam shalat lima waktu.
Supaya setiap orang muslim senantiasa memelihara shalat lima waktunya dengan baik.
Pada intinya semua perkara yang dirahasiakan oleh Allah SwT bertujuan agar hamba-Nya selalu berupaya untuk beribadah kepada Allah SwT, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya tanpa terkecuali. Dan tentunya disempurnakan dengan mengikuti dan melaksanakan sunnah Rasulullah ﷺ. Mudah-mudahan dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SwT. Amiiin ya Robbal ‘Alamiin..

Saduran: Kitab Nashaihul 'Ibaad
thumbnail
Judul: Wasiat Dalam Kitab Nashoiul Ibaad
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh

Artikel Terkait Ubudiyah :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy
Template Seo Elite oleh Al Fikr Publisher FreTempl