Sunday 15 February 2015

Nikmat Dan Rezeki Bukan Untuk Memuliakan Manusia

Dinda Sharing - Nikmat Dan Rezeki Bukan Untuk Memuliakan Manusia
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan  baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik  amalannya.” (Al-Kahf(i): 7)
Nabi ﷺ bersabda: "Sesungguhnya bagi tiap umat ada fitnah (ujian yang  menyesatkan), dan fitnah umatku adalah harta.” (Shahih Sunan At-Tirmdzi  no. 2336)
DUA JENIS NIKMAT
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah membagi nikmat ke dalam dua bagian:

• PERTAMA, AN-NI’MAH AL-MUTHLAQOH
Yaitu kenikmatan yang bisa menghantarkan kepada kebahagiaan abadi.   Seperti nikmat dalam berislam dan mengikuti As-Sunnah.  Alloh Subhanahu  wa Ta’ala telah memerintahkan untuk memohon meraup nikmat ini. Memohon  agar mendapat hidayah untuk menempuh jalan orang-orang yang meraih  nikmat ini:
“Dan barangsiapa yang mentaati Alloh dan  Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang  dianugerahi nikmat oleh Alloh, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin,  orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Mereka itulah  teman yang sebaik-baiknya.” (An-Nisa`: 69)

• KEDUA, AN-NI’MAH AL-MUQOYYADAH
Yaitu kenikmatan yang digambarkan seperti nikmat memperoleh kesehatan,  kekayaan, kekuatan jasad, kedudukan, banyak anak dan memiliki para istri  yang baik, serta nikmat-nikmat yang sejenis.
Kenikmatan  semacam ini diberikan kepada orang yang berbuat kebaikan, juga kepada  orang yang berbuat kemaksiatan, mukmin maupun kafir.  Kenikmatan seperti  di atas, bila diberikan kepada orang kafir, merupakan bentuk istidraj dengan kenikmatan itu, mengarahkan dirinya  kepada azab, petaka. Hakikatnya dia tidak memperoleh nikmat, tapi  sesungguhnya dirinya memperoleh bala (sesuatu yang bisa menyusahkan).
Sekiranya nikmat semakin bertambah, namun hati semakin jauh dari Alloh dan tidak diiringi dengan pertambahan iman, amal/ibadah serta syukur, maka semoga nikmat yang ada bukanlah merupakan istidraj (menghabiskan pahala untuk kebaikan dunia, sehingga pahala untuk akhirat semakin menipis dan lama-lama habis).

Nikmat Dan Rezeki Bukan Untuk Memuliakan Manusia
Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
“Adapun manusia apabila Robbnya mengujinya lalu dimuliakan-Nya  dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Robbku telah  memuliakanku". Adapun bila Robbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya  maka dia berkata: "Robbku menghinakanku.” (Al-Fajr: 15-16)
Ibnu Katsir  rahimahullohu berkata bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (dalam ayat di  atas) sebagai bentuk pengingkaran terhadap orang yang berkeyakinan  apabila Alloh Subhanahu wa Ta’ala meluaskan rezkinya berarti dirinya  mendapat kemuliaan.  Padahal tidak demikian. Bahkan hal itu merupakan  bentuk bala dan ujian. Sebagaimana Alloh Subhanahu wa Ta’ala firmankan:
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang  Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera  memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Sekali-kali Tidak, sebenarnya mereka  tidak sadar.” (Al-Mu`minun: 55-56)
Demikian pula sebaliknya,  apabila mengalami bala, ujian dan kesempitan rezki, dirinya berkeyakinan  bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala menghinakannya. Firman Alloh Subhanahu  wa Ta’ala: كَلاَّ (Sekali-kali tidak demikian). Permasalahannya tidaklah  seperti yang dia yakini.   Karena sesungguhnya Alloh Subhanahu wa  Ta’ala memberikan harta kepada siapa yang Dia suka dan yang tidak Dia  suka, serta menyempitkan harta kepada yang Dia suka dan yang tidak Dia  suka.
Alloh subhana wa Ta'ala berfirman dalam surah Al Qashash :
78. Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu  yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Alloh  sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat  daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?
79. Maka tatkala Qarun keluar kepada kaumnya dalam kemegahannya . Berkatalah  orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita  mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia  benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".
80. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang  besarlah bagimu wahai Qarun, (sesungguhnya) pahala Alloh adalah lebih baik bagi orang-orang yang  beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali bagi orang-orang yangsabar".
Begitulah dalam kehidupan ketika ada kesempitan rezeki /ujian/musibah, tanamkan ikhas dan bersabarlah wahai saudaraku, karena sesungguhnya Alloh sedang menabungkan pahala atas buah kesabaran tersebut.

Bersyukur Karena Nikmat
Sesungguhnya titik pijak dari itu semua adalah ketaatan terhadap Alloh  Subhanahu wa Ta’ala dalam (menyikapi) dua keadaan: apabila dia sebagai  orang yang berkecukupan (kaya), hendaknya dia BERSYUKUR kepada Alloh  Subhanahu wa Ta’ala atas yang demikian ini. Apabila dia fakir, hendaknya  menyikapinya dengan SABAR.” (‘Umdatut Tafsir ‘an Al-Hafizh Ibni Katsir,  Asy-Syaikh Ahmad Syakir rahimahullohu, 3/683)
Karenanya,  seseorang yang telah dikaruniai nikmat (harta, anak dan sebagainya)  hendaknya memanfaatkan nikmat tersebut di jalan yang diridhoi Alloh agar  tidak menghadirkan bala dan malapetaka. Kehadiran nikmat agar tidak  menjadi fitnah (ujian) yang menyeret penerima kenikmatan tersebut kepada  sesuatu yang dimurkai Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan bahwa harta dan anak adalah fitnah (ujian). “Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (At-Taghabun: 15)
Wallohu ta'ala a'lam bishowab
Rujukan :
- “Menyikapi Nikmat Dunia Sebagai Ujian”,  Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad Abdul Mu’thi, Lc
- “Anak, Antara Harapan dan Impian”,  tulisan Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin.
thumbnail
Judul: Nikmat Dan Rezeki Bukan Untuk Memuliakan Manusia
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh

Artikel Terkait Hikmah dan Renungan :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy
Template Seo Elite oleh Al Fikr Publisher FreTempl