Sunday, 25 January 2015

Ketabahan Abu Qilabah

Perhatikanlah, simak dengan baik, agar kita mengetahui bagaimana musibah itu..!

Kisah yang menakjubkan dan jarang sekali terjadi. Diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Hibban dalam kitab Ats-Tsiqot. Kisah ini diriwayatkan dari Abdullah bin Muhammad, ia mengatakan;
Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kemah kecil, yang menunjukkan pemiliknya adalah orang yang sangat miskin. Lalu aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Aku melihat seorang laki-laki, (perhatikanlah!) Tangan dan kakinya telah pergi (bisa buntung atau lumpuh) telinganya sulit mendengar, matanya buta, tidak ada yang bermanfaat baginya kecuali lisannya. (engkau bisa bayangkan bukan?)

Laki-laki yang tidak berfungsi kedua tangan dan kakinya, telinganya sulit mendengar dan matanya buta, yang tersisa baginya hanya lisan saja (untuk berbicara). Baik, tahukah engkau apa yang ia ucapkan?! (perhatikan do’a ini, catatlah.)
اللهم أوزعنى أن أشكر نعمتك التي أنعمت عليَّ وأن فضلتنى على كثير ممن خلقت تفضيلاً
“Ya Alloh berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaanMu yang lain."

Abdullah bin Muhammad mengatakan; "ini benar-benar luar biasa, lalu aku pun menemuinya.
Aku katakan; wahai saudara, nikmat Alloh yang mana yang engkau syukuri?"

"Nikmat apa?
Ia menjawab; wahai saudaraku, diamlah! Demi Alloh, seandainya Alloh datangkan lautan, niscaya laut tersebut menenggelamkanku, atau gunungan api pasti aku akan terbakar, atau dijatuhkan langit kepadaku yang akan meremukkanku, aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur."

Aku (Abdullah bin Muhammad) bertanya lagi; "bersyukur atas apa?"
Ia menjawab; "tidakkah engkau melihat Dia Alloh telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berdzikir dan bersyukur?!" (Subhanalloh).

Dia telah menganugerahkan kepadaku lidah yang senantiasa berdzikir dan selalu bersyukur kepadaNya. Di samping itu saudaraku, aku memiliki seorang anak yang di waktu sholat ia selalu menuntunku (untuk ke masjid) dan ia pula yang menyuapiku. Namun sejak tiga hari ini aku tidak melihatnya, tolong carikan ia.."

Aku (Abdullah) pun menyanggupinya dan pergi untuk mencari anaknya. Ternyata aku dapati singa-singa/serigala-serigala telah memakan anaknya. Aku (Abdullah) berkata kepada diriku sendiri, bagaimana caranya aku menemuinya? Bagaimana caranya aku berjumpa dengannya? Aku pun datang kepadanya dan mengatakan?! Apa yang harus kukatakan? Anaknya diterkam singa/serigala padahal keadaannya demikian (menyedihkan). (Lalu apa yang dikatakan Abdullah bin Muhammad?)

Apa harus kukatakan padanya bahwa anaknya dimakan serigala yang lapar?!
Abdullah bin Muhammad mengatakan, “Wahai saudaraku.”
“Iya”, Jawab Abu Qilabah.
Abdullah melanjutkan,  “Sudahkan engkau mendengar kisahnya Nabi Ayyub As?”

Abu Qilabah menjawab, “Iya, pernah.”

Abdullah melanjutkan,  “Sesungguhnya Alloh telah memberinya cobaan dalam urusan hartanya.”

Abu Qilabah menimpali, “Iya.”
Abdullah melanjutkan,  “Bagaimana keadaannya dalam menghadapi musibah?”
Abu Qilabah menjawab, “Ia menghadapinya dengan sabar.”
(Tentu anda tahu nabi Ayyub as, beliau telah kehilangan anaknya, Alloh subhanahu wata’ala juga mendatangkan sebuah banjir yang membinasakan hartanya dan segala yang ia punya, sapi ternak hanya dalam satu malam, nabi Ayyub as pun menjadi orang yang faqir, Beliau pun bersabar, Dalam keadaan sabar tersebut, Alloh tambah musibahnya, anaknya yang berjumlah sepuluh orang yang berada di dalam rumah, serta merta rumahnya roboh, kesepuluh anaknya pun tewas seketika, Beliau tetap memuji Alloh dan bersabar. Dalam keadaan sabar tersebut, Alloh tambah lagi deritanya dengan penyakit di badannya.)

Abdullah mengatakan, “Wahai saudaraku, Alloh telah menguji nabi Ayyub as dengan kefaqiran, bagaimana keadaannya?”
Abu Qilabah menjawab, “Ia bersabar.”

Abdullah bertanya lagi, “Ia pun diuji dengan tewasnya anak-anaknya, bagaimana keadaannya?”
Abu Qilabah menjawab, “Ia tetap sabar.”
Abdullah melanjutkan, “Ia juga diuji dengan penyakit di badannya, bagaimana keadaannya?”
Abu Qilabah menjawab, “Ia tetap bersabar.”
Abu QIlabah memotong,  “Sekarang katakan kepadaku, mana anakku? Aku sangat lapar.”
Abdullah melanjutkan, “Ia dalam perjalanan, akan tetapi kukatakan, siapa yang lebih dicintai Alloh? Engkau atau Nabi Ayyub as?”
Abu Qilabah menjawab, “Tentu saja nabi Ayyub as.”
Abdullah melanjutkan,  “Berharaplah pahala dari musibahmu, anakmu dimangsa serigala. Ringankan beban ini dariku.”
Lalu Abu Qilabah mengatakan,  “Segala puji bagi Alloh yang Dia tidak meninggalkan keturunan bagiku yang bermaksiat kepada Alloh sehingga ia diadzab di neraka.”

Ia pun tersedak sangat kuat (karena sedih) kemudian wafat. Ia wafat, Lalu Abdullah bin Muhammad membaringkannya di tangannya dan berfikir apa yang harus ia perbuat. Laki-laki ini wafat dan aku seorang diri (mengurusi jenazahnya). Wahai Robbku siapa yang akan menolongku memandikan dan mengafaninya, apa yang harus kuperbuat?! Pada saat aku berfikir demikian dan jasad telah kututupi dengan mantelku. 

Tiba-tiba datang empat orang laki-laki yang mengendarai kuda.
Mereka mengatakan, “Wahai saudara, apa yang terjadi padamu?”
Abdullah mengatakan, “Segala puji bagi Alloh yang telah membawa kalian kesini. Bantulah aku memandikan, mengafani, dan mensholatkan laki-laki ini."

Mereka bertanya, "Siapa ini?”
Abdullah menjawab, “Aku juga tidak mengenalnya, dia dalam keadaan sakit dan memprihatinkan.” (Lalu Abdullah menceritakan kisahnya)

Mereka katakan, “Coba buka penutup wajahnya, bisa jadi kami mengenalnya.”
Aku pun membuka wajahnya, tiba-tiba mereka tersentak, lalu menciumi dan menangis, mereka mengatakan, “Subhanalloh!!” wajah yang senantiasa bersujud kepada Alloh, mata yang selalu menunduk dari yang diharamkan Alloh, tangan yang tiada henti diangkat memohon kepada Alloh.

Aku (Abdullah) pun bertanya,  “Kalian kenal laki-laki ini?”
Mereka balik bertanya, “Engkau tidak tahu?!”
Aku katakan, “Tidak.”
Ini Abu QIlabah, sahabat Ibnu Abbas ra. Laki-laki ini, kholifah pun pernah ingin menjadikannya seorang hakim (qodhi), lalu ia menghindar dari jabatan tersebut. (dimana manusia pada saat ini meminta jabatan sebagai hakim) Jadi, Kholifah menginginkannya menjadi seorang hakim (qodhi), suatu jabatan khusus, yang mengatur hukum, dan menentukan hukum antar manusia, suatu kedudukan yang sangat mulia. Dia menolak jabatan tersebut kemudian datang ke Mesir untuk wafat dalam keadaan demikian (tidak dikenal). Tidak mau memangku jabatan sebagai hakim.

Lalu kami pun memandikan, mengafani, dan mensholatinya. Setelah itu kami memakamkan beliau. Orang-orang itu pun berlalu dan aku (Abdullah) kembali ke perbatasan.

Lalu aku (Abdullah) pun tidur kemudian aku bermimpi. Aku melihat Abu Qilabah dalam mimpiku berada di surga, di sebuah taman, ia mengenakan sutera hijau berjalan dengan terhormat di surga dengan penampilan yang menarik, ia berjalan di dalam surga, sambil membaca firman Alloh dengan suara yang merdu,
سَلامٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“Keselamatan (surga) bagi kalian sebagai balasan kesabaran kalian dahulu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” {QS. Ar-Ro’d:24}

Aku (Abdullah) katakan, “Wahai saudara, bukankah engkau temanku itu? Bukankah kami telah menguburmu kemarin malam?”
Ia menjawab, “Iya betul, aku temanmu.”
Aku bertanya, “Apa yang menyebabkanmu sampai ke derajat demikian? Kenikmatan apa ini dan darimana engkau memperolehnya?”

Ia (Abu Qilabah) mengatakan, Sesungguhnya di surga terdapat tingkatan-tingkatan yang tidak akan dicapai kecuali dengan kesabaran ketika ditimpa musibah dan bersyukur di kala lapang.”
Semoga Alloh merahmati Abu Qilabah… Aamiin

{Ditranskrip dari kisah yang disampaikan oleh Asy-Syaikh Dr. Wahid Abdussalam Bali hafizhohullohu ta’ala}

thumbnail
Judul: Ketabahan Abu Qilabah
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh

Artikel Terkait Hikayah :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy
Template Seo Elite oleh Al Fikr Publisher FreTempl